Khutbah Idul Fitri 1446 H Masjid Hijratul Ummah

Khutbah Idul Fitri 1446 H di Masjid Hijratul Ummah dibawakan oleh Dr. Siradjuddin, SE., M.Si. Khutbah yang disampaikan pada 1 Syawal 1446 H atau 31 Maret 2025 M ini bertemakan “Idul Fitri dan Semangat Memperkokoh Persatuan dan Kesatuan”. Berikut ini beberapa potongan paragraf dari khutbah yang disampaikan.

Dengan takbir, tahmid, dan tahlil, kita melepas Ramadan yang insya Allah telah menempa hati, mengasuh jiwa serta mengasah nalar kita. Dengan takbir dan tahmid, serta tahlil kita melepas bulan suci itu dengan hati harus penuh harap, dengan jiwa kuat penuh optimisme, betapapun berat tantangan dan sulitnya situasi. Namun karena kita menyadari bahwa Allah Maha Besar. Allahu Akbar, Allahu Akbar!, Semua kecil dan ringan selama kita bersama dengan Allah.
Kita bersama sebagai umat Islam dan sebagai bangsa, kendati mazhab, agama atau pandangan politik kita berbeda, karena kita semua ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita semua satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air dan kita semua telah sepakat berBhineka Tunggal Ika, dan menyadari bahwa Islam, bahkan agama-agama tidak melarang kita berkelompok dan berbeda. Yang dilarangnya adalah berkelompok dan berselisih.

Janganlah menjadi serupa dgn orang-orang yang berkelompok-kelompok dan berselisih dalam tujuan setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan. Mereka itulah yang mendapatkan siksa yang pedih. Demikian QS Ali ‘Imran/3:105.
Saudaraku. Keragaman dan perbedaan adalah keniscayaan yang dikehendaki Allah
untuk seluruh makhluk, termasuk kita manusia.

Seandainya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikannya satu umat saja, tetapi (tidak demikian kehendak-Nya). Itu untuk menguji kamu menyangkut apa yg dianugerahkanNya kpd kamu. Karena itu berlomba-lombalah dalam kebajikan (QS. Al-Maidah/5:48).

Saudaraku. Kini kita beridul fitri. Kata fithri atau fithrah berarti asal kejadian, bawaan sejak lahir. Ia adalah naluri. Fitri juga berarti suci, karena kita dilahirkan dalam keadaan suci bebas dari dosa. Fithrah juga berarti agama karena keberagamaan mengantar manusia mempertahankan kesuciannya.

Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama (Islam) dalam keadaan lurus. Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia atasnya. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yg lurus; ttp kebanyakan manusia tdk mengetahui (QS Ar-Rum/30:30).
Dengan beridul fitri, kita harus sadar bahwa asal kejadian kita adalah tanah:

Allah yang membuat dan memperindah sebaik-baiknya segala sesuatu yang Dia ciptakan dan Dia telah memulai penciptaan manusia dari tanah (QS As-Sajadah/32:7)
Kita semua lahir, hidup dan akan kembali dikebumikan ke tanah.

Dari (tanah) itulah Kami menciptakan kamu & kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yg lain (QS. Thaha/ 20:55).
Kesadaran bahwa asal kejadian manusia dari tanah, harus mampu mengantar manusia memahami jati dirinya. Tanah berbeda dengan api yang merupakan asal kejadian iblis. Sifat tanah stabil, tidak bergejolak seperti api. Tanah menumbuhkan, tidak membakar. Tanah dibutuhkan oleh manusia, binatang dan tumbuhan – tetapi api tidak dibutuhkan oleh binatang, tidak juga oleh tumbuhan. Jika demikian, manusia mestinya stabil dan konsisten, tidak bergejolak, serta selalu memberi manfaat dan menjadi andalan yang dibutuhkan oleh selainnya.
Khutbah lengkap Idul Fitri 1446 H yang disampaikan oleh Dr. Siradjuddin, SE., M.Si. di Masjid Hijratul Ummah dapat diunduh pada file berikut ini.
*1 Syawal mengikuti Pemerintah